Monday, 25 November 2013

Hutan Mangrove Gunung Anyar Surabaya.... Siapkah menjadi tujuan wisata alternatif ?


Mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nontji, 1987; Nybakken, 1992).  Keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan. Selain sebagai penyerapan polutan, juga melindungi pantai dari abrasi, meredam ombak, serta menahan sedimen. Selain itu, hutan mangrove juga dapat meredam air pasang yang mengakibatkan banjir rob dan sebagai tempat berkembang biaknya biota laut.  Dapat juga digunakan untuk tempat wisata alam, antara lain untuk mengamati kehidupan biota dan keunikan flora yang ada di hutan bakau, tempat pemancingan, dan lain-lain.

Tempat wisata di kota Surabaya sampai saat ini masih didominasi oleh wisata belanja dengan menjamurnya pusat perbelanjaan yang tersebar di berbagai tempat. Dengan kondisi seperti ini tentunya diperlukan jenis wisata lain yang dapat digunakan sebagai tujuan rekreasi.  Bebeberapa waktu yang lalu Pemerintah Kota Surabaya telah membuka wisata baru yang terletak di kawasan pantai timur Surabaya, tepatnya di Kecamatan Gunung Anyar. Tempat wisata tersebut diberi nama Wisata Anyar Mangrove (WAM).

Sebagai kawasan yang dijadikan sebagai tempat wisata alternatif di kota Surabaya, tentunya potensi dan kondisi yang ada saat ini harus ditelaah dan dikembangkan secara terus menerus/berkelanjutan tanpa merusak lingkungan hutan mangrove.  Hal ini selain untuk menarik wisatawan juga dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Secara geografis maupun ekologis, kawasan Pantai Timur Surabaya memiliki fungsi yang sangat penting bagi Kota Pahlawan. Salah satunya adalah mencegah ancaman interusi air laut. Keberadaan hutan mangrove di Kecamatan Gunung Anyar juga memiliki fungsi menetralisir limbah terutama logam berat yang masuk ke laut. Sementara itu, dengan harga yang relatif terjangkau, masyarakat bisa menikmati keindahan hutan mangrove yang masih “perawan” dengan menyusuri sungai Kebun Agung hingga Sungai Tambak Klangri. Keberadaan hutan mangrove ini mampu menyedot kedatangan 147 spesies burung. Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pantai Timur Surabaya, 12 spesies di antaranya termasuk jenis yang dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam, mandar padi, mandar batu, dan kowak malam. Di sana juga sebagai tempat persinggahan ribuan burung migran setiap tahun. Diketahui ada 44 jenis burung migran yang singgah di Pantai Timur Surabaya. Burung tersebut kebanyakan asal Benua Australia menuju Eropa (Mata news.com. 2010).

Untuk melihat lebih jauh mengenai kondisi tempat wisata ini, penulis melakukan kunjungan dengan tujuan dapat memberikan gambarannya secara umum. Dengan menggunakan perahu sederhana milik nelayan setempat yang dapat disewa dengan harga yang relatif murah dan ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit, kita dapat menyusuri sungai dengan lebar sekitar 6 meter dan panjang kurang lebih 2 km ke arah perairan pantai timur dengan melihat berbagai jenis tanaman mangrove di sisi kiri dan kanan sungai.  Jika dilihat dari jenis tanaman mangrove yang ada, diperkirakan kawasan ini didominasi oleh jenis Rhizopora dengan kerapatan yang masih sangat baik.  Di lokasi dekat muara sungai mendekati perairan pantai, kita dapat melihat adanya pos pantau yang digunakan untuk melihat kondisi pasang surut dan gelombang, serta menjaga keamanan disekitar lokasi hutan bakau. Penulis juga menemukan lokasi yang ditumbuhi bakau muda dengan ukuran yang relatif masih kecil. Dalam perjalanan penulis juga dapat melihat jenis satwa burung, yang didominasi oleh jenis kuntul perak.  Selain itu kegiatan nelayan tradisional untuk menangkap ikan dan kepiting terlihat di sepanjang sungai yang dilalui, walaupun tidak terlalu dominan. Kegiatan jual beli hasil tangkapan oleh nelayan dan penduduk setempat juga dilakukan disekitar lokasi hutan mangrove pada sore hari.  Kegiatan produksi dengan mamanfaatkan buah dari tanaman mangrove yang disebut masyarakat setempat sebagai buah“bogem“ adalah pembuatan sirup dan dodol, yang sampai sekarang produksinya terus berjalan, namun belum banyak dikenal oleh masyarakat umum.

Potensi ekologis dan ekonomis yang ada tersebut harus tetap dilestarikan walaupun tempat ini akan dikembangkan menjadi lokasi wisata alam.  Kekurangan yang ada di tempat wisata ini adalah belum adanya sarana dan prasarana wisata yang memadai sehingga belum dapat dikategorikan sebagai tempat wisata yang menarik pengunjung.  Masalah lain yang sangat mendasar dan perlu untuk lebih diperhatikan adalah kebersihan hutan bakau, dimana disepanjang sungai yang ditelusuri, dibeberapa bagian banyak terdapat sampah-sampah buangan dari masyarakat sekitar hutan bakau seperti botol plastik bekas air minum, kertas pembungkus, dan jenis lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kondisi hutan mangrove secara umum dapat dilihat pada gambar berikut :
Perahu nelayan yang dapat digunakan
 untuk berkeliling mangrove
Pintu masuk Wisata Mangrove
Gunung Anyar Surabaya
Pos pantau hutan mangrove
Komunitas burung bangau yang singgah
di hutan mangrove

Sampah plastik yang ditemukan di mangrove
Pohon bakau



























Dengan melihat kondisi tersebut, potensi wisata mangrove yang diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif lokasi wisata alam di Surabaya sangat baik untuk dikembangkan, tetapi sarana dan prasarana yang belum memadai, sampah yang menumpuk disepanjang perairan dan belum ada kegiatan/atraksi menarik yang  berkaitan dengan hutan mangrove  menjadi salah satu kendala untuk menarik wisatawan yang ingin berkunjung. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan yang matang baik      secara konsep maupun kenyataan di lapangan.

Untuk dapat dikembangkan menjadi tempat wisata alam yang lebih baik, beberapa hal yang dapat penulis sarankan adalah :
1.  Melakukan kajian pengelolaan kawasan hutan mangrove Gunung Anyar sebagai taman hutan di kota Surabaya untuk rekreasi dan pendidikan yang atraktif.
2. Membuat design pengembangan hutan mangrove dengan melengkapi sarana dan prasarana penunjang untuk rekreasi dan pendidikan yang atraktif.
3. Pengembangan kawasan hutan wisata mangrove dengan membangun menara pengawas serta jogging track, ruang istirahat pengunjung, tanggul penangkap lumpur/break water, pembangunan saluran air dan sarana kebersihan, papan nama dan papan rambu informasi.  Pembangunan didasarkan pada kondisi yang ramah lingkungan dan tidak merusak hutan mangrove.
4. Pengembangan Kemitraaan sebagai alternatif pengelolaan sumber daya alam dalam hal penelitian dan  pendidikan.
5. Melakukan pembinaan terhadap generasi muda pecinta alam.
6. Penyusunan buku informasi tentang hutan mangrove sebagai tempat wisata alam.
            
Dengan pengembangan wisata mangrove Gunung Anyar lebih lanjut, di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka stand makanan dan minuman, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.  Pada akhirnya pertanyaan pada judul diatas “Hutan Mangrove Gunung Anyar Surabaya.  Siapkah menjadi tujuan wisata alternatif ?” akan dapat dijawab dengan keseriusan pengelolaannya oleh pihak pemerintah kota Surabaya, diharapkan bukan hanya dibuka atas kepentingan sesaat, tetapi  pengembangannya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Referensi
Mata news.com. 2010. Indahnya Hutan Mangrove Kota Buaya. http://matanews.com/2010/01/27/indahnya-hutan-mangrove-kota-buaya/download tgl 17-02-10).
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J .W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

No comments:

Post a Comment